Mengenal SDN 002 Nehas Liah Bing
Hingga
akhir dekade 1970-an, belum ada sekolah di Nehas Liah Bing. Kami dahulu sekolah
di SDN Muara Wahau, karena sekolah satu-satunya hanya ada disana, tutur Andreas
An, salah satu guru yang saat ini mengajar di SDN 002.
|
siswa yang mengikuti kegiatan pramuka di SDN 002 Nehas Liah Bing |
Sementara
itu, Ledjie Taq, mantan guru dan kepala sekolah mengungkapkan bahwa pada masa
lalu, jika ingin sekolah warga Nehas Liah Bing harus berenang melalui Sungai
Wehea, jadi kita belum bias sekolah jika belum dapat berenang, sehingga pada
masa itu, biasanya anak-anak sekolah rata-rata sudah berumur.
|
awal pelatihan kelompok Drum Band SDN 002 Nehas Liah Bing |
Ledjie Taq adalah salah satu guru lokal pertama dari Suku
Dayak Wehea saat sekolah tersebut mulai dibangun di Nehas Liah Bing, dimana
pada saat itu hanya terdiri dari 3 lokal dan mulai mengajar sejak tahun 1984. Awalnya
saya diminta oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai agar mengikuti KPG.
Masih terngiang jelas pesan pinpinan Kadisbud pada saat itu, kamu harus ikut
KPG agar ada guru dari warga kampong juga, cerita Ledjie Taq.
Sementara itu, Selea Bit, salah satu tokoh perempuan dari
Nehas Liah Bing menuturkan, bahwa tahun 1980-an, jumlah ruang dan guru sangat
terbatas. Pada saat itu terdapat salah satu guru, namanya yang sangat dekat
dengan masyarakat. Setiap malam dia akan berkeliling kampong untuk melihat dan
memantau aktifitas anak-anak. Dia mengajarkan kedisiplinan dan itu yang sangat
luar biasa dan tidak segan pak guru kami saat itu memarahi orang tua kami kalau
kami tidak sekolah, pungkasnya.
Dalam perkembangannya, jumlah ruang belajar pun bertambah
seiring dengan perkembangan jumlah siswa yang masuk di SDN 002, sehingga oleh
pemerintah kemudian dibangun lagi ruang belajar tambahan hingga akhir tahun
1990-an, dan kemudian pada pertengahan tahun 2000-an dilaksanakan beberapa kali
rehab sedang dan berat agar sekolah tersebut tetap layak digunakan untuk proses
KBM.
Dengan semakin berkembangnya wilayah Kecamatan Muara Wahau
dan seiring dengan semakin sadarnya masyarakat desa akan pentingnya pendidikan,
maka semakin banyak pula orang tua yang mendorong anaknya untuk bersekolah.
Hal
tersebut menyebabkan terjadinya ledakan siswa pertengahan hingga akhir decade 2000-an,
sehingga pada tahun 2011, karena tingginya jumlah siswa yang kurang didukung
oleh ketersediaan ruang belajar, akhirnya Kepala Sekolah bersama guru serta
Komite Sekolah memutuskan agar menggunakan bekas bangunan koperasi dan gedung secretariat
pemuda serta gedung eks kantor BPD untuk dapat digunakan sebagai ruang kelas.
Sebuah keprihatinan tentunya, tetapi keputusan tersebut
harus kami ambil agar anak-anak tidak terganggu waktu KBM-nya, demikian ungkap
Ledjie Taq pada medio 2012. Dalam perjalanannya, KBM dengan menggunakan
ruang-ruang sementara tersebut akhirnya dihentikan, sehingga proses KBM dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu kelas pagi dan kelas siang hingga akhirnya pemerintah
kabupaten kemudian membantu membangun ruang belajar tambahan yang telah selesai
pada akhir November 2013.
Kini, setelah melalui sebuah perjalanan panjang, SDN 002
Nehas Liah Bing, dibawah pimpinan Bapak Sumrah, S. Pd, memimpikan bahwa dalam
beberapa tahun mendatang, SDN 002 Nehas Liah Bing dapat memiliki nilai jual
yang tinggi khususnya dari aspek kualitas.
Saat ini, kami terus menerus mencoba membenahi berbagai
kekurangan yang kami hadapi, baik dari sarana/prasarana pendukung KBM hingga
upaya untuk peningkatan kapasitas gurus yang diharapkan dapat berdampak bagi
upaya peningkatan kualitas pendidikan disekolah tersebut, tutur Sumrah dalam
sebuah FGD.
Sementara itu, sekitar 10-an tahun lalu, SDN 002 masih
bernama SDN 008 kemudian berubah dan menjadi SDN 002, demikian seperti
diungkapkan oleh Bapak Suharto, S. Pd, salah seorang eks guru SDN 002 yang kini
menjadi Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur.
SDN 002 Nehas Liah Bing, sebagai salah satu sekolah yang
juga berada pada beranda depan Kecamatan Muara Wahau, dibawah pimpinan Bapak
Sumrah, S. Pd, kini berupaya untuk “memoles” sekolah tersebut menjadi sebuah
sekolah yang bernilai jual atau unggul dimasa depan. Bersama rekan-rekan guru,
kami harus siap menyambut cepatnya arus perubahan, seperti misalnya perubahan
kurikulum dari sebelumnya KTSP menjadi kurikulum 2013.
Menghadapi perubahan-perubahan sebagai ekses langsung dari
perkembangan dewasa ini, sehingga Bapak Sumrah, S. Pd, bersama Komite Sekolah
mencoba mendorong upaya kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti yang telah
dilaksanakan beberapa waktu lalu dalam Workshop Kepala Sekolah dan Guru dalam
rangka Penyusunan Dokumen Kurikulum Sekolah bekerjasama dengan UPTD Pendidikan
Muara Wahau, Yayasan Agungkan Guru Indonesia (Y-AGI) dan PT. BEP Group.
Dengan sumberdaya yang masih terbatas, kami berharap dapat
menggalang beberapa stakeholders lain untuk dapat terlibat dalam upaya
mengembangkan pendidikan, sehingga salah satu langkah strategisnya, pada saat
ini bekerjasama dengan beberapa karyawan yang menjadi relawan dari PT. BEP
Group turut terlibat menjadi Pembina Pramuka maupun trainer bagi kelompok drum
band SDN 002, dan dimasa depan sesuai dengan tuntutan perkembangan juga akan
mengikuti pelatihan khusus untuk peningkatan kapasitas diantaranya terkait
dengan skill komputer bagi seluruh guru (bersama relawan dari PT. BEP Group).
Sebuah aspek lain yang patut menjadi perhatian dan menjadi
tantangan bersama adalah bagaimana meningkatkan peran orang tua siswa yang
tergabung dalam komite sekolah untuk meningkatkan kepedulian mereka untuk
secara bersama-sama mendorong upaya peningkatan kualitas pendidikan di SDN 002
Nehas Liah Bing, karena dengan kolaborasi semua pihak, baik dari satuan
pendidikan dan Diknas pada tataran diatasnya, dunia usaha dan masyarakat (orang
tua) makan sebuah mimpi besar untuk menjadikan SDN 002 sebagai salah satu
sekolah unggulan di wilayah ini akan dapat tercapai.
Sebuah proses panjang
masih harus dilalui dan ini proses awal telah dimulai, semoga apa yang menjadi
rencana bersama dapat tercapai………………..